MAJU CEPAT

Wednesday 17 December 2014

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRE EKLAMPSIA BERAT

wakedmelon

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KGD 2
Dosen Pengampu: Ns. Emma Setiyo Wulan, S.Kep

 









Disusun Oleh: Kelompok 6
1.    Afrizal Mustaqim
2.    Ifa Susiana
3.    Kristina Damayanti 
4.    Nila Choirur Roisah
5.    Noor Rio Prasetyo
6.    Vera Veronika
Kelas:              PSIK VII A
 


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
2014



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pre Eklampsia Berat” dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah KGD 2 dan sebagai syarat menempuh ujian semester.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini  tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada yang  terhormat Ibu Ns. Emma Setiyo Wulan, S.Kep selaku  dosen pembimbing, serta pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.


    Kudus,      Oktober  2014


Penulis        




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DATAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2    Tujuan penulisan................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1    Definisi preeklamsia berat..................................................................... 3
2.2    Etiologi preeklamsia berat..................................................................... 3
2.3    Manifestasi Klinik preeklamsia berat.................................................... 4
2.4    Patofisiologi preeklamsia berat............................................................. 5
2.5    Pathway................................................................................................ 6
2.6    Komplikasi preeklamsia berat............................................................... 6
2.7    Penatalaksanaan.................................................................................... 6
2.8    Pemeriksaan Diagnostik........................................................................ 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN PASCA PARTUM
3.1    Pengkajian Keperawatan...................................................................... 13
3.2    Diagnosa Keperawatan......................................................................... 16
3.3    intervensi Keperawatan........................................................................ 17
3.4    Evaluasi Tindakan................................................................................. 21
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan................................................................................................ 22
4.2  Saran.......................................................................................................... 22
LAMPIRAN PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Preeklamsi merupakan komplikasi pada 5-10% dari seluruh kehamilan (WHO, 2002; Takahashi dan Martinelli, 2008) dan merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian terbanyak pada kehamilan setelah perdarahan dan infeksi.(Miller, 2007).
Preeklamsia berat adalah kondisi kenaikan tekanan darah pada ibu dengan kehamilan lebih dari 20 minggu dan adanya protein dari pemeriksaan urin. Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 2-7% ibu hamil. Risiko terjadinya preeklamsia meningkat pada kehamilan pertama, kehamilan diatas usia 40th, kehamilan kembar , jarak kehamilan jauh (sekitar 10 tahun) dan kehamilan dengan riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
Peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin sesuai dengan pre-eklamsia. Di negara maju penyakit ini merupakan penyebab utama kematian maternal, dan diinggris kebanyakan kematian ini berhubungan dengan asuhan suboptimal, terutama oleh pemberi asuhan intrapartum. Di inggris kurang dari 10 wanita meninggal tiap tahun tetapi dinegara yang kurang berkembang 50.000 kematian maternal pertahun disebabkan oleh eklamsia, dan jumlah yang sama diperkirakan karena preeklamsia.(victy,chapman,2006).
Jika tidak tertangani, komplikasi yang paling serius adalah terjadinya kejang atau koma, yang disebut sebagai Eklamsia. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Di Indonesia, eklamsia termasuk penyebab kematian utama ibu.




1.2.       Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kegawat daruratan pada pasien dengan preeklamsi berat
b.      Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu mengetahuai pengertian tentang preeklamsi berat
2.      Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penyebab preeklamsi berat
3.      Mahasiswa mampu mengetahui tanda gejala dari preeklamsi berat
4.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologis dari preeklamsi berat
5.      Mahasiswa mampu melakukan dan memengahui penatalaksanaan pada ibu hamil dengn peeklamsi berat





BAB II
TINJAUAN TEORI

2. 1       Pengertian Preeklamsia Berat
Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).
Preeklamsia adalah tekanan darah (TD) sebesar 140/90 mmhg selama masa pertengahan kedua kehamilan pada seorang ibu, yang sebelumnya mempunyai riwayat nilai tekanan darah yang normal.(patricia, 2006).
Preeklamsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria.(Vicky chapman,2006).
Preeklamsi disebut berat jika tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, dan/atau daistolik 110 mmHg atau lebih, diukur 2 kali dengan jarak waktu sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien dalam keadaan istirahat rebah, proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, oliguri, gangguan serebral atau gangguan penglihatan, edema paru atau sianosis. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2004)
Dari defisini diatas dapat disimpulkan preeklamsia berat adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh kelebihan protein dalam urin wanita hamil yang disertai dengan peningkatan tekanan darah tinggi.

2. 2       Etiologi Pre Eklampsia  Berat
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu:
1.      Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
2.      kehamilan ganda,
3.      hidramnion, dan mola hidatidosa
4.      Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
5.      Mempunyai dasar penyakit vaskuler (Hipertensi atau diabetes melitus)
6.      Mempunyai riwayat preeklampsi/eklamsi dalam keluarganya. ((Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2004)
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1.      Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
2.      Peran faktor imunologis.
3.      Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
4.      Peran faktor genetik /familial.
5.      Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
6.      Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
7.      Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

2. 3       Manifestasi Klinis Pre Eklamsia Berat
Preeklamsi berat ditandai dengan:
a.       TD sebesar 160/110 mmHg pada dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam, yang didapat pada saat ibu dalam keadaan berbaring.
b.      Proteinuria
c.       Oliguria (haluaran urine <400 ml/24 jam
d.      Kepala pusing
e.       Penglihatan kabur, skotoma, dan edema selaput mata pada funduskopi (retina terlihat basah dan berkilau)
f.       Edema paru-paru
g.      Refleks berlebihan
h.      Lekas marah
i.        Nyeri epigastrik (Patricia,2006)
2. 4       Patofisiologis Pre Eklamsia Berat
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirlulasi arteri terganggu olehadanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan endoterial menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan memungkinkan terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik koloid menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan rentang terhadap kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini terjadi karena penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari. Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal. Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria. Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein menembus membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria, peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan perfusi kehati menyebabkan iskemik dan nekrosis. (Patricia dkk,2013)
2. 5       Patway Pre Eklamsi Berat (terlampir)

2. 6       Komplikasi
Komplikasi-komplikasi maternal meliputi :
1.      Eklampsia
2.      Solusio plasenta
3.      Gagal ginjal
4.      Nekrosis hepar
5.      Ruptur hepar
6.      Kelainan pembekuan darah ( DIC )
7.      Anemia hemolitik mikroangiopatik
8.      perdarahan otak
9.      edema paru
10.  pelepasan retina
Komplikasi-komplikasi janin meliputi :
1.      Prematuritas
2.      Insufisiensi utero-plasental
3.      Retrdasi pertumbuhan intrauterin
4.      Kematian janin intrauterin. (Ben-zion Taber, 1994)

2. 7       Penatalaksanaan
Satu-satunya pengobatan untuk preeklamsia berat adalah pelahiran janin. Keputusan untuk melahirkan janin  melanjutkan penatalaksanaan kehamilan sifatnya individual.
Tujuan pengobatan preeklamsi berat adalah :
1.      Mencegah terjadinya eklampsia.
2.      Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar.
3.      Persalingan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dengan upaya menghindari kesulitan pada kehamilan / kehamilan berikutnya.
4.      Mencegah hipertensi yaang menetap.
Dasar pengobatannya antara lain istirahat, diet, sedatif, obat-obat antihipertensi, dan induksi persalinan.
     Penderita preeklampsi berat dapat ditangani secara aktif maupun konservatif. Pada perawatan konservatif, kehamilan dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medisinal, sedangkan perawatan aktif kehamilan segera diakhiri/diterminasi didahului dengan pemberian pengobatan medisinal.
1.    Perawatan Aktif
Sedapat mungkin sebelum perawtan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG)
a.    Indikasi ( salah satu atau lebih)
1)   Ibu
a)      Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b)      Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan kenaikan konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawtan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
2)   Janin
a)      Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b)      Adanya tanda IUGR
3)   Laboratorium : adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal
1)      Pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring (lateral recumbent position) untuk meningkatakan filtrasi glomerulus. Tekanan darah, berat badan, protein urin, masukan dan keluaran dipantau dengan ketat. Tes-tes diagnostik dasar mengevaluasi beratnya proses penyakit dan keadaan janin. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam. (Ben-zion Taber, 1994)
2)      Infuse dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc..
3)      Antasida
4)      Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam (Syakib Bakri, 1997)
5)      Pemantauan hemodinamik invasi : Pengukuran tekanan darah secara berkala, pemantauan asupan dan haluaran yang ketat, pemantauan nilai laboratorium, pemantauan hemodinamik memungkinkan pengkajian curah jantung dan status volume cairan secara adekuat.
6)      Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) intravena  
Pemberian magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada ibu.magnesium sulfat menghambat ambilan kembali asetikolin disinaps ujung saraf dan membuat otot polos relaksasi.
Diberikan 4 gram MgSO4 20% (20 cc) IV dan disusul dengan 8 gram MgSO4 40% (20cc) IM. Sebgai dosis pemeliharaan, diberikan 4 gram MgSO4 40% IM setiap 6 jam sekali setelah dosis awal.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
b.      Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10cc)
c.       Frekuensi pernafasan ≥16 kali/menit.
d.      Produksi urin ≥30cc perjam (≥0,5cc/ kg BB/jam)
e.       Refleks platela positif.
MgSO4 dihentikan pemberiannya apabila :
c.     Ada tanda-tanda intoksikasi.
d.    Setelah 24 jam pascapersalinan.
e.     Dalam 6 jam pascapersalinan. Sudah terjadi perbaikan (normotensif).
7)      Pemberian Hidralazin Hidroklorida
Agen anti hipertensi yang paling sering digunakan selama kehamilan.obat ini menyebabkan vasodilatasi arteri dan menurunkan tekanan arteri rerata dan resistensi vaskuler sistemik.hidralazin meningkatkan curah jantung,frekuensi jantung, aliran darah ke ginjal. Hidralazine 2 mg IV, dilanjutkan dengan 100 mg dalam 500 cc NaCl secara tritasi sampai tekanan darah sistolis <170 mmHg dan diastolik <110 mmHg. . (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2004)
c.       Pengobatan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
                                                                   1)      Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
                                                                   2)      Seksio sesaria bila :
a.       Fetal assasment jelek
b.      Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kuarang dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
c.       12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
Cara terminasi kehamilan yang sudah Inpartu
Kala I
1)      Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria
2)      Fase aktif :
a.       Amniotomi saja
b.      Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin)
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetsan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang, bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2.      Perawatan Konservatif
1)      Indikasi : bila kehamilan pre term kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklamsia dengan keadaan janin baik.
2)      Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada penegelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
3)      Pengobatan obstetri :
1.        Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2.        MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3.        Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
4.        Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.

4)      Penderita dipulangkan bila :
1.        Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
2.        Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan (diperkirakan lama perawtan 1-2 minggu)

2. 8       Pemeriksaan Diagnostik
1.      Tes kimia darah : ureum, kreatinin dan asam urat menilai fungsi ginjal. Biasanya konsentrasi ureum dan kreatinin tidak mneingkat; asam urat lebih mungkin meningkat sebagai akibat penurunan bersihan ginjal. Kadar asam urat serum lebih besar dari 7 mg% memberi kesan risiko janin yang meningkat.
2.      Tes fungsi hati (bilirubin, laktat dehidrogenase (LDH), dan SGOT menilai bertnya penyakit hepar.
3.      Elektrolit darah biasanya normal.
4.      Pemeriksaan koagulasi dapat memberi kesan koagulasi intravaskular diseminata. Penurunan jumlah trombosit mungkin merupakan manifestasi pertama dari koagulopati yang serius.
5.      Pengukuran keluaran urin : merupakan suatu indikator penting dari bertnya proses penyakit. Oliguria adalah suatu tanda bahaya dari fungsi ginjal yang mengalami kegagalan. Kumpulan urin 24 jam membantu dalam menilai beratnya proteinuria.
6.      Bersihan kreatinin membantu dalam evaluasi fungsi ginjal.
7.      Pemantauan denyut jantung janin : menyingkirkan gawat janin sepanjang 1) denyut jantung dalam batas normal, 2) variabilitas denyut ke denyut normal, 3) akselerasi timbul saat gerakanjanin, dan 4) tidak ada deselerasi saat kontraksi uterus. Non-stress test atau contraction stress test memberikan penilaianm kesehatan janin.
8.      Aniosentesis : tes dari cairan ketuban (rasio L/S; fosfatidilgliserol; fosfatdilkolin jenuh) memberikan penilaian dari maturitas paru janin.
9.      Ultrasonografi : pengukuran secara seri dari diameter biparietal; dapat menerangkan kejadian dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin. Gerakan pernapasan janin, kativitas janin dan volume cairan ketuban memberikan penilaian tambahan dari kesehatan janin. Sonografi dapat mengidentifikasi kehailan ganda atau anomali janin.
10.  Pengukuran estriol memberikan penilaian fungsi feroplasental. Kadar yang rendah atau menurun memberi kesan insufisiensi fetoplasental.
11.  Human Placental Lactogen (HPL) yang kurang dari 4mcg/ml memberi kesan fungsi plasenta yang abnormal dean janin dalam bahaya. (Ben-zion Taber, 1994)


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.       Pengkajian
1.      Pengkajian Primer
a.       A (Airway)
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas disebabkan adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
1)      Chin lift atau jaw trust
2)      Suction atau hisap
3)      Guedel airway atau OPA
4)      Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b.      B (Breathing)
Kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi atau aspirasi, whezing, sonor, stidor atau ngorok, ekspansi dinding dada. Edema paru terjadi dengan cepat pada pasien hamil yang mengalami PRHD atau pada pasien yang menerima resusitasi cairan. Ronki basah kasar atau halus dapat terauskultasi.
c.       C (Circulation)
Tekanan darah meningkat , hipertensi terjadi pada tahap lanjut, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2.      Pengkajian skunder
Pengkajian yang dilakukan terhadap preeklamsi berat antara lain
a.       Identitas umum ibu : : nama, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, no CM, diagnosa medis



b.      Data riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
-            Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
-            Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu
-            Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
-            Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
Riwayat kesehatan sekarang
-            Ibu menderita sakit kepala di daerah frontal
-            Terasa sakit flu diu lu hati/nyeri
-            Gangguan visus : penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia
-            Mual muntah tidak ada nafsu makan
-            Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflek tinggi, dan tidak tenang
-            Edema pada ekstremitas
-            Tengkuk terasa berat
-            Kenaikan BB mencapai 1 kg perminggu
Rriwayat kesehatan keluarga
-            Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia ringan atau berat dan eklamsia dalam keluarga
Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
c.       Data Subjektif
-          Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala dini dari preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh, terutama pembengkakan pada muka dan tangan. Keluhan yang umum dalah sesaknya cincicn pada jari-jarinmya. Sebagai usaha untuk membedakan edema kehamilan, proses yang jinak, dari preeklamsia, tekanan darah pasien harus diketahui.
-          Sakit kepala : meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relatif biasa selama kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema otak. Sebagai konsekuensinya, tekanan darah passien harus ditentukan.
-          Gangguan penglihatan mungkin merupakan gejala dari preeklamsia dan dapat menunjukkan spasme arteriolar retina, iskemia, edema, atau pada kasus-kasus yang jarang, pelepasan retina.
-          Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas menunjukkan pembengkakan hepar yang berhubungan dengan preeklamsia berat atau menandakan ruptur hematoma subkapsuler hepar.
d.      Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum : Tekanan darah meningkat.
Edema menunjukkan retensi cairan. Edema yang dependen merupakan kejadian yang normal selama kehamilan lanjut. Edema pada muka dan tangan tampakanya lebih menunjukkan retensi cairan yang patologik.
Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu petunjuk dari retensi cairan ekstravaskuler.
Pemeriksaan Retina : spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
Pemeriksaan toraks : karena edema paru merupakan satu dari komplikasi serius dari preeklamsia berat, paru-paru harus diperiksa secara teliti.
Refleks tendon profunda (lutut dan kaki) : hiperefleksia dan klonus merupakan petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat dan mungkin meramalkan suatu kejang eklampsia.
Pemeriksaan Abdomen : rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensial yang tidak menyenangkan dari preeklampsia berat dan dapat meramlkan ruptur dari hepar. Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya kontraksi uterus dan presentasi janin.
pemeriksaan Pelvis : keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran per vaginam atau per abdominam.
e.       Data sosial ekonomi
Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi rendah, karena merreka kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
f.       Data psikologis
Biasanya ibu preeklampsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia,sehingga ia takut untuk melahirkan.

3.2  Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisis, sehingga diagnosis yang mungkin ditemukan pada ibu preeklampsia berat adalah sebagai berikut.
1.      Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah.
2.      Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran balik vena
3.      Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
4.      Resiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema/hipoksia jaringan,kelang tonik klonik



3.3  Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta retensi sodium dan air.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan NOC :volume cairan akan kembali seimbang
Dengan kriteria hasil:
1.   Tekanan osmotic & permeabiltas pembuluh darah normal
2.   Retensi sodium & air (-)

1.  Pantau dan catat intake dan output setiap hari.



2.  Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisisan kapiler (capillary refill time-CRT). Memantau atau menimbang berat badan ibu.
3.  Observasi keadaan edema


4.  Berikan diet rendah garam sesuia hasil kolaborasi dengan ahli gizi

5.  Kaji distensi vena jugularis dan perifer.


6.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik.
1.    Dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus
2.    Dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoaman untuk penggantian cairan atau menilai respons dari kardiovaskuler

3.    Keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh
4.    Diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan


5.    Retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengan pelebaran vena jugularis dan edema perifer
6.    Diuretik dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan menghambat penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi/penurunan aliaran balik vena.
Setelah dlakukan tindakan keperawartan diharapkan NOC:Curah jantung normal dan Aliran balik vena normal

1.  Pemantauan nadi dan tekanan darah




2.  Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.
3.  Pemantauan parameter hemodinamik invasif (kolaborasi)





4.  Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan kolaborasi dengan dokter.

5.  Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.
1.    Dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat peningkatan volume plasma, relaksasi vaskular dengan penurunan tahanan perifer
2.    Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal

3.    Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan. Konstruksi vaskular yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung
4.    Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriola untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplai darah
5.    Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual, muntah, dan palpitasi.
Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
Setelah dilakukan tondakan keperawatan diharapkan NOC: Resiko cedera dihindari dan Perfusi darah ke plasenta lancar


1.  Istirahatkan ibu







2.  Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri





3.  Pantau tekanan darah ibu







4.  Memantau bunyi jantung janin.







5.  Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter.

1.    Dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun dan peredaran darah keplasenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi
2.    Dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena kava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah ke plasenta menjadi lancar
3.    Dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang
4.    Dengan memantau bunyi jantung janin dapat diketahui keadaan jantung janin lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.
5.    Dengan obat anti hipertensi akan menurunkan tonus arterei dan menyebabkan penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.
Resiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema/hipoksia jaringan,kelang tonik klonik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan NOC:Resiko cedera dihindari dan Edema / hipoksia jaringan dapat diatasi, kejang tonik klonik tidak terjadi


1.       Pantau tekanan darah ibu







2.       Beri penjelasan cara mengkaji dan mencatat tekanan darah, aktivitas janin, memeriksa protein dalam air kemih, edema, dan menimbang berat badan tiap hari
3.       Diskusikan tanda dan gejala bahaya dan instruksikan klien memberitahu dokter segera bila ada perubahan
1.        Dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.
2.        Mengobservasi dan melakukan ketrampilan baru meningkatkan kepercayaan diri dan memberi kepastian





3.        Pengetahuan memampukan klien untuk menjadi mitra kerja dalam perawatan dirinya sendiri; pengetahuan menjadi dasar pengambilan keputusan


3.4  Evaluasi
      Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Di samping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.


BAB IV
PENUTUP


4.1.       Simpulan
Preeklamsi berat merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg, kelebihan protein dalam urin wanita hamil yang disertai dengan peningkatan tekanan darah tinggi.Penyebab PEB belum diketahui, faktor resiko terjadinya preeklamsi berat sebagai berikut: kehamilan pertama, riwayat keluarga dengan preeklamsia dan eklamsi,ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,wanita dengan gangguan fungsi organ(diabetes, penyakit gingal, migraine, dan tekanan darah tinggi), kehamilan kembar.

4.2.       Saran
Bagi tenaga kesehatan diharapkan secara dini melakukan pengarahan atau penyusulan tentang preeklamsia sehingga dapat mencegah terjadinya preeklamsi berat dan juga eklamsia. Dan juga dalam penanganan gawat darurat tenaga kesehatan dituntut untuk tanggap dan cepat dalam melalukan penanganan gawat darurat pada PEB, dalam hal ini perawat diharapkan mempunyai atau pernah mengikuti pelatihan- pelatihan khusus.


DAFTAR PUSTAKA

Bakri S. “ Hipertensi pada Wanita Hamil”. Dibacakan pada Simposium Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996.
Bobak. 2005. “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”. EGC : Jakarta
Chapman, Vicky. 2006. ”Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran”. Jakarta : EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2004. “ Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi”. Jakarta : EGC.
Ladewig, Patricia, dkk. 2006 .”Asuhan Keperawatan  Ibu-Bayi Baru Lahir”. Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. “Asuhan Keperawatan Maternitas”. Salemba Medika : Jakarta
Morton, Patricia, dkk. 2013. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistrik. Jakarta : EGC
Taber, Benzion. 1994. “Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi”. Jakarta. EGC.




0 komentar:

Post a Comment

Keindahan Alam

Drag Bike Indonesia

Motocross Nasional Dan Internasional

 

facebook